Susulan Tugas Pengumpulan Bahasa Visual IV


Assalamualaikum wr.wb
            Apa kabar kalian semua? Semoga kalian baik-baik aja ya kalian semua. Ketemu lagi bersama saya Umi Lutfiyani, tidak bosan kan kalian? Semoga tidak ya. Kali ini saya akan membahas tentang persepsi saya selama di Museum Galeri Nasional yang disingkat “Galnas” yang berlokasi di Jl. Medan Merdeka Timur. No. 14, RT.6/RW.1, Gambir, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10110. Memang benar ini tugas susulan karena saya tidak bisa ikut ke Gelora Bung Karno untuk wawancara dengan pengunjung Asia Para Games 2018 seminggu yang lalu karena sakit :), dan kalian tidak usah tau saya sakit apa :). Jadi mohon maaf nih ya, tidak dimaafkan juga tidak apa kok saya ikhlas, hahaha. Oke lanjut ke inti pembahasannya karena kalian mungkin tidak tau, dan tidak akan mau tau,mungkin ya :).
            Di Galnas ada pameran yang berjudul “Bebas Batas” dimana persepsi saya tentang pameran yang bertujuan supaya kita tau bahwa kaum difabel bebas berkaya tanpa ada keterbatasan yang mereka punya, karena kita dan mereka sama, sama- sama makhluk ciptaan Tuhan. Karena saya pikir dalam persepsi saya, semua makhluk hidup adalah “pemenang” di mata Tuhan.
            Nah di galnas juga ada kayak ada media buat cocat-coret gitu yang mungkin dalam persepsi saya juga bertujuan untuk memberikan pesan-pesan semangat kita kepada saudara kita yang berkaum difabel supaya mereka tetap bisa berkarya di bidang mereka masing-masing karena di media itu bertuliskan “sama bisa, bisa sama” karena kita dan mereka sama, sama- sama makhluk ciptaan Tuhan.
            Foto :


            Lanjut kita ke pameran pertama yang notabenenya adaalah tugas utama dalam mata kuliah Bahasa Visual ini, tempat yang saya datangi yaitu digedung D yang terdapat karya audiovisual yang berjudul “Aku” sebuah karya video dokumenter, karya tersebut menceritakan kisah Budi Risono dan kawan-kawannya sesama penderita "gangguan" kejiwaan Skizofrenia dan Bipolar, yang mencoba merekonstruksi ulang (Aku) diri mereka lewat proses teater dan film.  Dan dimana juga tersapat karya lukisan juga yang berjudul sama dengan karya audiovisual tersebut yang dimana saya akan mempresepsikan terlebih dahulu.
            Foto :


            Persepsi saya terhadap karya lukisan tersebut menceritakan tentang “aku” yang dipandang sebelah mata oleh beragam elemen masyarakat. Makna dalam karya lukisan tersebut ialah kita sebagai masyarakat tidak boleh memandang sebelah mata terhadap orang lain.
            Kemudian saya mengupload karya audiovisual yang saya rekam, jika kalian ingin menonton, saya akan membagikan link dibawah ini :
Link Video :
Ps : jika ada ketidakjelasan pada gambar ataupun suara video yang masih tidak terdengar, mohon dimaafkan
            Persepsi saya dengan karya “Aku” yang sudah saya tonton itu, orang yang mempunyai penyakit skizofrenia dan bipolar di Rumah Sakit Jiwa masih bisa berkarya lewat seni teater dan film yang dikatakan dari karya tersebut dapat saya ambil pesan bahwa seni bisa menjadi terapi pemulihan disana, dan saya yakin mereka bisa sembuh lewat terapi itu. Dan bisa berbaur dengan masyarakat.
            Lanjut di gedung D juga terdapat karya lukisan yang juga tugas utama dari mata kuliah tesebut, karya tersebut berasal dari negeri sakura kalian pasti tau kan negara apa yang saya maksud? Benar negara tersebut adalah negara Jepang. Dan disini saya juga akan menpresepsikan 2 karya disini dengan menggunakan 3 teori dari Monroe Beardsley (1981), karyanya yaitu :
1.      Karya lukisan yang berjudul “Bentuk Sel” karya Sato Akemi
Foto :


Persepsi saya terhadap karya tersebut dari :
-          Kesatuan (Unity)
Menurut persepsi saya, keserasian bentuknya pas kalau menurut persepsi saya, warnanya juga pas monochrome hitam putih, coraknya juga bagus kalau menurut persepsi saya, dan kombinasi dari lukisannya juga pas.
-          Kerumitan (Complexity)
Menurut persepsi saya, karya tersebut memiliki kerumitannya sendiri, yang saya lihat di lukisan ini pertama, saya lihat ada bunga-bunga bertumpuk yang langsung saya persepsikan itu adalah kerumitan dari lukisan tersebut.
-          Kesungguhan (Intensity)
Menurut persepsi saya, kesungguhan terhadap lukisan tersebut memiliki kualitas yang menonjol, terbukti lukisan ini ada di pameran yang ada di Galnas, yang ditonton oleh banyak orang.
Lukisan tersebut digambarkan dari berbagai elemen yang berbeda menyatu menjadi sel, yang mempunyai makna kita sesama makhluk hidup ciptaan Tuhan yang berasal dari elemen yang berbeda yang hidup di satu dunia, yaitu Bumi yang kita tinggal bersama.
lanjut karya kedua :
2.      Karya lukisan yang berjudul “Saling Membantu” karya Sato Akemi
Foto :


Persepsi saya terhadap karya tersebut :
-          Kesatuan (Unity)
Menurut persepsi saya, keserasian bentuknya pas, menggambarkan kehidupan hewan dan tumbuhan yang saling berkait kalau menurut persepsi saya, warnanya juga pas dengan warna yang cerah dengan background hitam, corak dari lukisan ini corak naturalis kalau menurut persepsi saya, dan kombinasi dari lukisannya juga pas tidak terlalu monnoto kalau menurut saya.
-          Kerumitan (Complexity)
Menurut persepsi saya, karya tersebut memiliki kerumitannya sendiri, yang saya lihat pertama kali ada hewan yang saling terikat oleh ikatan dari tumbuhan.
-          Kesungguhan (Intensity)
Menurut persepsi saya, kesungguhan terhadap lukisan tersebut memiliki kualitas yang menonjol itu sendiri, terbukti lukisan ini ada di pameran yang ada di Galnas, yang ditonton oleh banyak orang.

            Lalu sambung ke gedung B, digedung B, saya menemukan 2 karya lukisan yang membuat saya jatuh cinta (maklum saya jomblo, abaikan). Dan juga saya akan persepsikan, karyanya yaitu :
1.      Karya lukisan yang berjudul “Harmonisasi Prambanan” karya Bagaskara Mahasratu Pradigdaya Irawan
Foto :

Persepsi saya terhadap karya tersebut lukisan ini menceritakan tentang kehidupan dari elemen masyarakat yang berbeda yang berada disekitar candi Prambanan yang ramah dan membantu sehingga membentuk sebuah harmonisasi dari lukisan tersebut.
Lukisan tersebut bermakna bahwa kita sesama manusia yang berasal dari berbagai elemen yang berbeda harus mempunyai sikap yang ramah karena kita adalah makhluk sosial yang saling bergantung pada orang lain.
2.      Karya lukisan yang berjudul “Berjalan di Tengah Malam” karya Anfield Wibowo
Foto :


Persepsi saya terhadap karya tersebut lukisan ini menceritakan tentang seorang anak perempuan yang membawa boneka sedang berjalan di hutan yang gelap, seram, banyak kelelawar terbang karena memang sedang waktu tengah malam seperti yang diceritakan dari lukisannya tersebut.
Lukisan itu bermakna kita sebagai perempuan harus berani menghadapi ketakutan yang berasal dari berbagai sumber ketakutannya itu sendiri. Karena saya perempuan juga makanya saya berani mengambil makna dari lukisan tersebut J.

Lalu sambung lagi ke gedung C, seperti yang ada di gedung B, saya juga jatuh cinta sama 2 karya lukisan yang ingin saya persepsikan juga karena memiliki karya yang mendalam, karyanya yaitu :
1.      Karya digital yang berjudul “Asian Para Games” karya Adryan Adinugraha
Foto :


Persepsi saya terhadap karya tersebut menceritakan tentang berbagai perlombaan yang diikuti oleh atlet para games dalam event Asian Para Games, dimana makna dalam karya digital tersebut adalah mereka yang memiliki kekurangan bisa berprestasi dibandingkan kita yang sempurna. Ya saya disini juga merasa malu dan tidak berguna terhadap mereka yang mempunyai kekurangan tersebut, dan bangga karena mereka bisa menyalurkan kemampuannya dalam event lomba ini. Semangat kalian, saya yakin kalian bisa….
2.      Karya lukisan yang berjudul “Tuli bisa jadi Guru” karya Annisa Anggraini
      Foto :

Persepsi saya terhadap karya lukisan dari atas tersebut 4 orang yang “tuli” sedang menggunakan bahasa isyarat untuk komunikasi mereka, den mereka bilang “tuli bisa jadi guru” lalu dibawahnya menceritakan tentang seorang guru yang “tuli” sedang mengajar dengan senang bersama murid-muridnya.
Karya lukisan tersebut bermakna seseorang yang memiliki keterbatasan yaitu mereka kehilangan sebagian atau seluruh fungsi indera pendengaran mereka tidak membatasi mereka untuk melakukan pekerjaan yang sangat mulia yaitu menjadi seorang guru yang patut dicontoh oleh murid-muridnya. Dimana dari sini juga saya merasa malu dan tidak berguna seperti perasaan saya terhadap lukisan tadi. Dan saya juga mengingat teman sebangku saya dari SMK yang bernama Inas Ulfani yang mempunyai kekurangan yang sama seperti yang ada di lukisan tersebut. Tetapi teman saya ini mempunyai kelebihan yaitu dia bisa mendesai pakaian dengan sangat bagus. Dan ia dijadikan contoh oleh guru desain SMK saya karena dia membuat proporsi anatominya benar dan sesuai ukuran. Dan teman saya juga adalah guru yang mengajari saya bagaimana mendesain pakaian dengan proporsi anatomi yang baik dan benar pada waktu saya masih duduk dibangku SMK. Dan saya juga sedikit menyesal kenapa selama 3 tahun saya masih bersekolah, saya tidak belajar bahasa isyarat dengan Inas dulu, dan saya berkomunikasi dengan Inas hanya dengan menulis padahal Inas bisa berkomunikasi bahasa isyarat, ini yang menjadi penyesalan saya sampai sekarang ketika saya bertemu dengan orang yang senasib dengan Inas. Maaf nostalgia dulu :).

            Sudah cukup pengulasan tentang persepsi saya tentang karya-karya yang terdapat di Galnas. Perasaan saya dari awal masuk ke pameran yang ada di Galnas sampai terakhir saya sudah dirumah campur aduk ada perasaan bangga saya terhadap teman-teman yang difabel bisa menyalurkan kreatifitasnya lewat pameran ini. Ada rasa malu dari diri saya yang notabenenya sudah diciptakan secara lengkap oleh Tuhan terhadap teman-teman difabel yang masih bisa berkarya tanpa melihat kekurangan dari mereka daripada saya yang kadang-kadang masih mengikuti mood saya dalam mengerjakan tugas kuliah, saya juga merasa tidak berguna karena ini. Dan dari pameran tersebut memotivasi saya dalam mengerjakan tugas kuliah dengan rajin, dan ingin belajar berkarya juga. Ya intinya saya hanya bisa memberikan semangat untuk teman-teman difabel supaya kedepannya kalian bisa menyalurkan karya kalian di Museum Galeri Nasional ini. Karena saya mau melihat karya kalian lagi, teman-teman. Semangat berkarya teman-temanku….
            Sekian dari tulisan saya, semoga kalian tidak kapok dalam membaca tulisan saya, bila ada kesempatan kita bisa bertemu lagi dalam tulisan berikutnya kalau kalian tidak bosan dengan saya.
Wassalamualaikum wr.wb

Komentar

Postingan Populer